Jumat, 29 November 2013

18. Perencanaan Pendidikan

Perencanaan Pendidikan

Beberapa defenisi perencanaan pendidikan :
Menurut Guruge (1972), perencanaan pendidikan adalah proses mempersiapkan  kegiatan  di masa depan dalam bidang pembangunan pendidikan  adalah tugas dari perencanaan pendidikan.
       Albert Waterston mengemukakan ( dalam Don Adams, 1975) bahwa perencanaan pendidikan adalah investasi pendidikan yang dapat dijalankan dan kegiatan-kegiatan pembangunan lain yang didasarkan atas pertimbangan ekonomi dan biaya serta keuntungan sosial.
       Menurut Coombs ( 1982 ), perencanaan pendidikan adalah suatu penerapan yang rasional dari analisis sistematis proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan efisien serta sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para peserta didik dan masyarakatnya.
       Dari beberapa defenisi para ahli di atas, dapat dipahami beberapa unsur penting yang terkandung dalam perencanaan pendidikan  antara lain:    Penggunaan analisis yang bersifat rasional dan sistematik dalam  perencanaan         pendidikan, hal ini menyangkut metodologi dalam perencanaan. Pendekatan perencanaan pendidikan antara lain : model pendekatan Social Demand, Man Power, Cost Benefit, Strategic dan Comprehensive.

B.   Beberapa Pendekatan Perencanaan Pendidikan
       Perencanaan pendidikan sangat erat kaitannya dengan struktur penduduknya. Beberapa alternatif pendekatan dalam perencanaan  yaitu pendekatan kebutuhan sosial (social demand aproach), pendekatan kebutuhan ketenagakerjaan (Manpower approach), pendekatan efisiensi biaya ( rate of education, rate of return, cost benefit ratio).

1.  Pendekatan Kebutuhan Sosial ( Social Demand Approach )
      Pendidikan ini menitikberatkan pada tujuan pendidikan yang mengandung misi pembebasan  terutama bagi negara-negara berkembang yang kemerdekaannya baru saja diperoleh setelah melalui perjuangan pembebasan yang amat lama. Pendidikan membebaskan rakyat  dari ketakutan, dari penjajahan, dari kebodohan  dan dari kemiskinan. Misi pembebasan yang menjiwai tuntutan terhadap pendidikan merupakan aspirasi politik rakyat, karena itu tuntutan sosial ini merupakan tekanan keras bagi penyelenggara pendidikan. Dengan melihat karakteristik tuntutan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan ini lebih menekankan pemerataan kesempatan atau kuantitatif, dibandingkan aspek kualitatif.  Contoh dari penerapan pendekatan ini adalah “ Wajib Belajar Sekolah Dasar “.
      Perencanaan pendidikan dengan pendekatan kebutuhan sosial harus memperkirakan kebutuhan pada masa yang akan datang dengan menganalisa:
  1. Pertumbuhan penduduk.
  2. Partisipasi dalam pendidikan ( yakni dengan menghitung prosentase penduduk yang bersekolah).
  3. Arus murid dari kelas satu ke kelas yang lebih tinggi dan dari satu tingkat  ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi ( misalnya dari SD ke SLTP ke SMA dan keperguruan tinggi).
  4. Pilihan atau keinginan masyarakat dari individu tentang jenis-jenis pendidikan.

       Ada tiga kelemahan pendekatan kebutuhan sosial yaitu:
  1. Pendekatan ini mengabaikan masalah alokasi dalam skala nasional, dan secara samar tidak mempermasalahkan besarnya sumber daya yang dibutuhkan karena beranggapan bahwa penggunaan sumber daya pendidikan yang terbaik adalah untuk segenap rakyat Indonesia.
  2. Pendekatan ini mengabaikan kebutuhan perencanaan ketenagakerjaan (manpower planning ) yang diperlukan di masyarakat sehingga dapat menghasilkan lulusan yang sebenarnya kurang dibutuhkan masyarakat.
  3. Pendekatan ini cenderung hanya menjawab pemerataan pendidikan saja sehingga kuatitas lulusan lebih diutamakan ketimbang kualitasnya.  

2.   Pendekatan Kebutuhan  Ketenagakerjaan
      Menurut A.W. Guruge (1972), pendekatan kebutuhan ketenagakerjaan bertujuan mengarahkan kegiatan pendidikan kepada usaha untuk memenuhi kebutuhan nasional akan tenaga kerja ( manpower atau  person power).
       Pendekatan ini mengutamakan kepada keterkaitan lulusan sistem pendidikan dengan tuntutan terhadap kebutuhan tenaga kerja pada berbagai sektor pembangunan seperti sektor ekonomi, pertanian, perdagangan dan industri. Tujuan yang akan dicapai adalah bahwa pendidikan itu diperlukan untuk membantu lulusan memperoleh kesempatan kerja yang lebih baikhingga tingkat kehidupannya dapat diperbaiki melalui penghasilan karena dikaitkan langsung dengan usaha pemenuhan kebutuhan dasar setiap orang. Apabila dikaji dari semakin membengkaknya angka pengangguran, maka keperluan mempertemukan kepentingan dunia pendidikan dengan dunia kerja semakin mendesak. Pendidikan kejuruan dan teknologi baik pada tingkat menengah maupun tingkat universitas merupakan prioritas. Untuk memenuhi tuntutan relevansi seperti disebutkan di atas , kurikulum dikembangkan sedemikian rupa hingga lulusan  yang merupakan  output sistem pendidikan siap pakai di lapangan. Implikasi dari pendekatan ini adalah pendidikan harus diorientasikan kepada pekerjaan yang mungkin diperlukan di pasaran kerja.  Contoh penerapan pendekatan ini adalah diterapkannya  Pendidikan Sistem Ganda melalui Kebijakan Link and Match.
       Pendekatan ketenagakerjaan mempunyai tiga kelemahan, yaitu :
a. Mempunyai peranan yang terbatas terhadap perencanaan pendidikan,       karena
    pendekatan ini mengabaikan sekolah menengah umum   karena     hanya    akan
    menghasilkan pengangguran saja, pendekatan ini lebih mengutamakan   sekolah
    menengah kejuruan untuk memenuhi kebutuhan dunia kerja.
b. Menggunakan klasifikasi dan rasio permintaan dan persediaan .
c. Tujuan utamanya untuk memenuhi dunia kerja, di sisi lain tuntutan dunia   kerja
    selalu berubah-ubah dengan cepatnya.
       Masalah yang timbul dalam perencanaan tenaga kerja terutama bagi negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, antara lain:
  1. Jenis dan jumlah lapangan kerja.
  2. Persyaratan yang jelas mengenai mutu personil yang dituntut oleh pasaran tenaga kerja.
  3. Perbandingan jumlah personil berdasarkan jenjang keahlian.
  4. Kebutuhan yang riil akan tenaga kerja.
      Oleh karena itu perencanaan yang realistis menjadi sangat penting terhadap akan terjadinya masalah-masalah yang akan dihadapi di kemudian hari dalam kaitannya dengan tenaga kerja yang akan diharapkan. Dengan menggunakan pendekatan tadi berusaha mencari keseimbangan antara lapangan kerja yang tersedia atau akan tersedia  di masa depan dengan jumlah murid  yang diizinkan memasuki jalur pendidikan yang sesuai dengan permintaan lapangan kerja itu. Dengan demikian jumlah murid yang diizinkan mengikuti suatu jenis pendidikan tertentu dilihat sebagai akibat dari penyesuaian kebutuhan dari lapangan kerja tertentu.

3.   Pendekatan Efisiensi Biaya ( Rate   of  Education, Rate   of   Return,    Cost
      Benefit Ratio).      
      Menurut Guruge ( 1972 ) , pendekatan efisiensi ini mengandung pengertian  yaitu penentuan besarnya investasi dalam dunia pendidikan sesuai dengan hasil, keuntungan atau efektivitas yang akan diperoleh.
      Pendekatan ini bersifat ekonomi dan berpangkal dari konsep Investment in Human Capital  atau investasi pada sumber daya manusia. Setiap investasi harus mendatangkan keuntungan yang dapat diukur dengan nilai moneter. Pendidikan memerlukan investasi yang besar dan karena itu keuntungan dari investasi tersebut harus dapat diperhitungkan  bilamana pendidikan itu memang mempunyai nilai ekonomi. Pendidikan ini menitikberatkan pemanfaatan biaya secermat mungkin untuk mendapatkan hasil pendidikan yang seoptimal mungkin, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Pendidikan ini hanya diadakan jika benar-benar memberikan keuntungan yang relatif pasti, baik bagi penyelenggara maupun peserta didik. Sebagai contoh: pembukaan sekolah-sekolah Magister Manajemen, Magister Bisnis Administrasi, dan kursus-kursus.
      Pendekatan Cost benefit didasarkan pada asumsi bahwa:
  1. Sumbangan seseorang terhadap pendapatan nasional adalah sebanding dengan tingkat pendidikannya.
  2. Perbedaan pendapat  di masyarakat disebabkan oleh perbedaan dalam pendidikan dan bukan perbedaan kemampuan atau latar belakang sosial.
Kelemahan pendekatan ini adalah pengelolaan dana pendidikan terutama di negara berkembang masih sangat lemah.

Sumber : http://biologi-lestari.blogspot.com/2013/03/perencanaan-pendidikan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar